Desember 07, 2011

Kakak...

GADIS itu hanya diam di tempatnya berdiri. Membiarkan gadis yang lebih muda—yang kini berdiri di hadapannya—itu mencaci-maki dirinya sambil menunjuk-nunjuk dirinya. Berdiri tegar, hanya itu yang bisa dilakukannya. Tak ingin terlihat terluka oleh orang dihadapannya itu. Tak ingin terlihat bahwa ia... rapuh...

"Kau iri! Teman-temanmu nggak pernah datang menemuimu! Kau iri!" teriak gadis muda itu.
"Aku... aku nggak iri. Buat apa... Buat apa aku iri..." Si gadis membela diri. Mengalihkan pandangannya ke plafon kamarnya yang jelek itu. Berusaha agar airmata yang sedari tadi ditahannya tidak keluar.
"Jangan-campuri-urusanku-lagi!" tunjuk gadis muda itu, memberi penekanan pada kalimatnya.

BRAK! Si gadis langsung menutup pintu kamarnya. Menutup telinganya rapat-rapat. Ia tak ingin mendengar lebih banyak cacian lagi. Masih terdengar olehnya umpatan-umpatan yang ditujukan padanya.

Kalau merasa kehormatan orang yang kaukagumi terluka, kau akan marah besar karena merasa sangat terluka. Kalau orang yang kau kagumi adalah orang yang berharga, kau akan bertarung sekuat tenaga demi orang yang berharga itu. Hanya saja...

"Orang yang berharga bagimu tidak selalu 'baik'..." lirih si gadis menahan tangis.

Salahkah ia? Salahkah ia yang telah menegur 'langsung' beberapa orang teman gadis muda itu agar tidak mengantar adiknya pulang terlalu larut?
Kumaklumi jika kau menyalahkan gadis itu yang telah dengan sarkasnya menegur pemuda-pemuda itu. Dia hanya ingin adiknya baik-baik saja. Apa itu salah?

Dia memang  bukan kakak yang baik. Bukan seorang kakak yang bisa kau ajak pergi shopping bareng. Bukan kakak yang bisa kau ajak untuk curhat atau sekedar tukar pikiran mengenai baju apa yang bagus untuk kau pakai ke acara ultah seorang temanmu. Bukan pula seorang kakak pintar yang bisa mengajarkanmu limit, sin, cos, tan, dan mengapa bumi itu bulat. Tidak. Dia tak bisa kau banggakan.

Dia kasar. Selalu ngomong apa-adanya. Setiap kata yang terlontar dari mulutnya selalu disalah-artikan oleh orang lain. Oleh karena itu dia selalu terlihat diam dan selalu mengurung diri. Selalu dipandang sebelah mata oleh orang lain dan keluarganya tak membuatnya membenci mereka semua.

"Kau tak pernah peduli pada orang lain! Kau kasar!" Kalimat yang terakhir diteriakkan adiknya terngiang-ngiang di telinganya.
"Begitukah?" lirihnya. "Aku menyayangi kalian... Maaf jika caraku salah..." bisiknya pada diri sendiri.

Hanya karena mereka tak mengungkapkan rasa cinta sesuai dengan harapanmu, bukan berarti mereka tak mencintaimu...

"Inilah aku, dengan segala kekuranganku..."



Hhahaha... Fic pertama saya inih! Geje bin Abal... #plakk Fic ini juga bisa dilihat di sini.

2 komenG:

kips mengatakan...

Sebuah bentuk kecintaan/perhatian terkadang harus dipikirkan waktu dan cara yang tepat hingga berujung pada penerimaan yang baik sesuai dengan harapan :-D

cimulyaya mengatakan...

akang @kips: Bener banget, kang... :D
Hhihi.. ga nyangka ternyata cerita fiksi ini ada yang baca jg... ^^